Istilah takjil tidak lagi asing bagi umat islam, terutama ketika bulan Ramadhan. Saat bulan Ramadhan berlangsung, banyak kaum muslim berburu takjil untuk dijadikan sebagai santapan saat berbuka puasa. Namun, sebenarnya apa arti dari kata takjil? Kata takjil sendiri berasal dari Bahasa Arab ajjala–yu’ajjilu–ta’jilan yang memiliki arti menyegerakan atau mempercepat. Hal ini juga dijelaskan dalam KBBI yang juga mengistilahkan sebagai makanan untuk berbuka puasa yang disegerakan.
Takjil sudah menjadi istilah umum yang dikenal oleh seluruh muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditulis oleh Snouck Hurgronje dalam laporannya yang berjudul De Atjehers. Dalam laporannya ia menjelaskan bahwa setelah mengunjungi Aceh pada tahun 1891-1892 Ia menemukan masyarakat lokal telah mengadakan buka puasa (takjil) di masjid beramai-ramai dengan memakan Ie bu peudah atau bubur pedas (makanan khas aceh). Namun, seiring berkembangnya waktu, kata takjil memiliki makna lain yaitu makanan atau minuman untuk berbuka.
Di Indonesia, kata takjil memiliki pemaknaan yang baru dengan merujuk pada berbagai makanan khas yang bervariatif seperti bubur manis, kue basah, gorengan, dan juga aneka es. Terlepas dari perkembangan kata takjil dan pergeseran makna yang berbeda, hingga saat ini tetap ada anjuran untuk menyegerakan berbuka dengan makanan secukupnya. Seperti dengan air mineral dan kurma dengan jumlah yang ganjil.
Dalam catatan lain, dikisahkan pada abad ke-15 budaya takjil telah digunakan oleh para Walisongo sebagai sarana media dakwahnya. Mereka menggunakan cara tersebut dengan tujuan agar mudah diterima oleh masyarakat. Pada waktu itu mereka membuat makanan untuk berbuka puasa menggunakan bahan dasar seperti pisang, ubi jalar, dan gula merah yang hingga saat ini dikenal sebagai kolak.
Dijelaskan bahwa kolak merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Arab yaitu Khaliq yang artinya pencipta alam semesta atau Tuhan. Namun, catatan ini masih dianggap belum kuat karena tidak adanya bukti atau sumber yang relevan. Namun, tetap saja hal tersebut kemudian menjadikan kolak hidangan takjil yang populer di Bulan Ramadhan dengan isian yang berbeda dari waktu ke waktu dengan tambahan kolang-kaling, candil, tape hingga buah nangka.
Sedangkan menu gorengan baru-baru muncul setelah minyak goreng mulai tersebar luas, dan akhirnya masyarakat memiliki kebiasaan baru dalam berbuka puasa dengan menyantap gorengan yang memiliki cita rasa manis maupun gurih. Saat ini, sajian menu untuk berbuka puasa semakin bervariasi. Masyarakat mulai membuat inovasi baru untuk takjil mulai dari yang digoreng, direbus, memiliki rasa gurih, manis, pedas hingga segala jenis makanan ringan yang akhirnya masuk ke dalam menu takjil yang siap disantap ketika berbuka puasa. Hingga kini, masyarakat mengenal istilah takjil sebagai menu berbuka puasa yang dapat ditemukan di pasar Ramadhan atau penjual di sekitar jalanan yang menjajakan dagangannya sebagai takjil.
Baca Juga :